Resensi Buku : Karena Anda Adalah GENERASI EMAS

Kamu

Judul Buku       : Karena Anda Adalah Generasi Emas

Penulis             : Anggara Novpria Densi

Penerbit           : Pustaka Jingga, Surabaya

Cetakan           : Pertama, 2013

Ukuran             : 14,8 x 21 cm

Tebal               : 220 Halaman + xx

Harga              : Rp 58.000,00-

Karena Anda Adalah Generasi Emas adalah buku perdana yang ditulis oleh Anggara Novpria Densi. Dalam tiap deret kalimatnya, penulis mengajak pembaca berpikir, dan mencoba menggugah dengan motivasi melalui perantara pesan langit (wahyu).

Emas tetaplah akan menjadi emas walau zaman telah berubah dan waktu terus berputar. Tapi, emas tak akan pernah berkilau jika tak disepuh dengan kesabaran. Begitulah ibarat generasi abad ke-21 akan redup jika tak diasah, mereka akan tergerus oleh perubahan zaman. Padahal, merekalah emas dalam peradaban kelam yang akan bersinar jika menggenggam bara Islam.

Dalam buku ini, penulis merangkai pemaparan motivasi ruhiyahnya dalam 12 bab yang meyakinkan pembaca bahwa mereka adalah generasi emas. Dari 12 bab tersebut, setidaknya penulis ingin menjabarkan  6 pesan penting bagi pembaca agar mengartikan hidup tak mengalir bak sungai. Jika diumpamakan bahwa hidup bagai  lampu di dinding jika minyak habis, maka lampu pun akan padam sendiri. Orang beriman tidak pernah mempermasalahkan kapan lampu itu akan padam, yang perlu difikirkan adalah apa yang dapat diwujudkan sebelum lampu padam.

Dalam pesan pertama, penulis menggambarkan sebuah “Cermin Kehidupan” umat Islam yang semula merupakan cikal bakal kebangkitan mereka dari tatanan hidup jahiliyah. Dimana kata jahiliyah yang dulu tersemat karena ketidakmauan mereka peduli pada Sang Khaliq, tapi akhirnya mereka terjerembab dalam jerat jahiliyah modern yang telah meruntuhkan puing-puing kemuliaan peradaban yang susah payah dibangun oleh teladan agung, Rasulullah Shallahu ‘Alayhi wa Sallam.

Dalam pesan kedua, pembaca diajak berpikir tentang “Tujuan Kehidupan” pasti akan kembali pada tujuan yang merupakan titik akhir kehidupan. Disinilah lahirnya sebuah generasi idaman yaitu generasi yang akan berdiri tegar laksana batu karang meskipun sang ombak berkali-kali menerjang dan menghujam setiap perjalanan hidupnya, dia akan tetap mampu memandang jalan hidupnya laksana purnama meskipun berkali-kali awan gelap membutakan pandangannya, dia tidak akan merasa takut dengan segala bentuk keterasingan laksana bintang meskipun berlapis-lapis langit mengucilkan cahayanya dari kehidupan ini.

Dalam pesan ketiga, penulis  menyadarkan bahwa tak akan mungkin tiba di tujuan jika seorang pengembara tak membawa “Bekal Kehidupan” untuk mencapai tujuannya. Bekal yang digenggam haruslah sebuah ruh ideologi Islam nan shahih disertai quwwah ruhiyah (motivasi ruhiyah) yang tak pernah melihat kemenangan dari apa yang tampak oleh mata, tapi dari keyakinan akan pesan langit dari al-Khaliq.

Dalam pesan keempat, penulis mengingatkan lagi bahwa pengembara selain mempersiapkan bekal, ia juga harus membawa sebuah “Peta Perjalanan” agar tak tersesat dalam perjalanannya. Penulis mengajak pembaca berpikir, bahwa kini mereka hidup dalam bahtera yang dikendalikan seorang nakhoda yang tidak tahu arah tujuan dalam mengarungi lautan kehidupan. Hingga para nakhoda itu membawa bahtera ke tengah badai penderitaan dan menuju lembah kehancuran.

Setelah digambarkan persiapan yang komplit tersebut, pada pesan kelima penulis kembali mengajak pembaca melihat bahwa “Medan Perjalanan” yang ditempuh tidaklah mulus. Disini dijabarkan bahwa mereka berada di sebuah zaman fitnah yang jika tak hati-hati maka akan tergelincir dalam pemikiran pragmatis dan akhirnya tertipu olehnya.

Untuk menghadapi medan perjalanan tadi, penulis diakhir pesannya mengajak sang pengembara atau calon generasi emas menyambut sebuah “Seruan Mulia” dari titah langit agar kakinya tetap kokoh berpijak dan tetap menggenggam ruh ideologi Islam. Ini karena mereka sedang membangun pondasi peradaban emas yang pernah diruntuhkan. Tak mudah, maka dengannya penulis menyatakan “La Tahzan” agar langkah yang telah dimulai tak berbalik atau terhenti di tengah perjalanan. Generasi emas yang terpilih adalah mereka yang tangguh, atas ketangguhannya itulah ia layak “Meraih Tempat Terhormat” disisi Rabb-nya yaitu Syurga yang abadi sebagai negeri tujuan perjalanan. Mereka beroleh singgasana yang tak akan didapatkan kecuali dengan ujian dan cobaan. Bersabarlah, dan berjuanglah!

Dengan demikian, buku ini sangat direkomendasikan kaum muslimin dan khususnya bagi remaja dan pemuda muslim yang menginginkan tujuan hidup yang hakiki dan kehidupanya berjalan di atas jalan keberkahan dan kemuliaan. InsyaAllah,akan menjadi bekal pemikiran untuk kebangkitan Islam di muka bumi.

BUKU INI TERBIT DAN BEREDAR DI PASARAN NOVEMBER 2013, InsyaAllah!

 

Oleh : Al-Khanza Demolisher

*Resensator adalah Konsultan-IKM Kemenperin RI

Merindu

Gambar

Yaa Rabb…

Aku merindukan seseorang

Tapi aku tak tau siapa yang kurindukan

Kenapa ketika semangat itu hadir

Terselip galau yang tak jelas arahnya

Ingin kucampakkan rasa ini

Agar aku hanya fokuskan hidupku untuk-Mu

Biarkan aku amnesia sejenak

Sidikalang, 09 January 2013

Wanita Shalehah Lebih Baik Dari Bidadari Syurga

Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam sebuah hadist, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli’.”

Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilai seperti sayap burung nasar.”

Saya berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, ‘Laksana mutiara yang tersimpan baik’.” (Al-waqi’ah : 23)

Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik’.” (Ar-Rahman : 70)

Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita”

Saya berkata lagi, Jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik’.” (Ash-Shaffat : 49)

Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”

Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Penuh cinta lagi sebaya umurnya’.” (Al-Waqi’ah : 37)

Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.”

Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”

Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”

Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”

Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.”

Saya berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?”

Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.”

Subhanallah, maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau DUSTAKAN??

wanita solehah